“Kenyataan tak’kan pernah bisa di hindari”.

Tak akan pernah jadi soal jika warna langit biru yang sebetulnya tak berwarna itu, sedang terbungkus awan putih, abu-abu atau bahkan hitam pekat.
Yang paling penting itu seberapa besar dan seberapa kuat kehendak manusia membuka akalnya agar dapat mengetahui “Siapakah” yang sanggup membuat peristiwa itu bisa terjadi?,
Dan seberapa besarkah kehendak manusia untuk membuka hatinya seluas-luasnya,
sehingga manusia dapat menerima bahwa itulah kenyataan yang sedang dan akan berlangsung di kehidupan fana ini, tanpa perlu mrasa khawatir dan berkeluh kesah dan tanpa perlu potes atau menjadi aral kepada apapun kenyataan yang di kehendaki-Nya dan di tentukan oleh-Nya.
Yang pada akhirnya hanya dengan bersikap wajar dalam hidup ini lah, mau melatih diri dengan melakukan meditasi atau khalwat agar tercipta suasana tenang di dalam diri dan berjuang mengendalikan “Hawa Nafsu” yang ada di dalam diri dengan menerima berbagai kenyataan dengan tulus, tanpa perlu banyak melontarkan pertanyaan dan pernyataan kepada orang lain dan juga kepada-Nya, hingga nantinya “Hawa Nafsu” yang ada di dalam dirinya akan tunduk kepada siapapun dia.
Dan maka kesadaran diri akan semakin tumbuh menjadi kuat atas kehendak-Nya dan kuasa-Nya sendiri, hingga layaklah dia menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, dan siapapun dia tidak akan tersesat lagi dalam hidup ini, tetap berjalan lurus tak tergoyahkan oleh seberapa kuat derasnya arus kehidupan di alam fana ini hingga Dia, Tuhan yang Maha Esa memanggil-Nya untuk pulang kepangkuan-Nya.
” Tujuan Tuhan yang Kuasa,memerintahkan menjalankan Ibadah Shaum (Puasa) sebulan penuh di bulan Ramadhan kepada umat muslim;
adalah untuk latihan mengendalikan berbagai macam Hawa Nafsu yang ada di dalam diri setiap manusia, hingga bila sudah mampu mengendalikan hawa nafsunya maka hidup manusiapun akan teratur, selaras dengan apa yang di kehendaki-Nya.
Dan puasa hawa nafsu yang sesungguhnya yaitu bukan hanya satu bulan tapi sebelas bulan dan seumur hidup atau hingga akhir hayat siapun dia orangnya”
Tak akan pernah jadi soal jika warna langit biru yang sebetulnya tak berwarna itu, sedang terbungkus awan putih, abu-abu atau bahkan hitam pekat.
Yang paling penting itu seberapa besar dan seberapa kuat kehendak manusia membuka akalnya agar dapat mengetahui “Siapakah” yang sanggup membuat peristiwa itu bisa terjadi?,
Dan seberapa besarkah kehendak manusia untuk membuka hatinya seluas-luasnya,
sehingga manusia dapat menerima bahwa itulah kenyataan yang sedang dan akan berlangsung di kehidupan fana ini, tanpa perlu mrasa khawatir dan berkeluh kesah dan tanpa perlu potes atau menjadi aral kepada apapun kenyataan yang di kehendaki-Nya dan di tentukan oleh-Nya.
Yang pada akhirnya hanya dengan bersikap wajar dalam hidup ini lah, mau melatih diri dengan melakukan meditasi atau khalwat agar tercipta suasana tenang di dalam diri dan berjuang mengendalikan “Hawa Nafsu” yang ada di dalam diri dengan menerima berbagai kenyataan dengan tulus, tanpa perlu banyak melontarkan pertanyaan dan pernyataan kepada orang lain dan juga kepada-Nya, hingga nantinya “Hawa Nafsu” yang ada di dalam dirinya akan tunduk kepada siapapun dia.
Dan maka kesadaran diri akan semakin tumbuh menjadi kuat atas kehendak-Nya dan kuasa-Nya sendiri, hingga layaklah dia menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, dan siapapun dia tidak akan tersesat lagi dalam hidup ini, tetap berjalan lurus tak tergoyahkan oleh seberapa kuat derasnya arus kehidupan di alam fana ini hingga Dia, Tuhan yang Maha Esa memanggil-Nya untuk pulang kepangkuan-Nya.
” Tujuan Tuhan yang Kuasa,memerintahkan menjalankan Ibadah Shaum (Puasa) sebulan penuh di bulan Ramadhan kepada umat muslim;
adalah untuk latihan mengendalikan berbagai macam Hawa Nafsu yang ada di dalam diri setiap manusia, hingga bila sudah mampu mengendalikan hawa nafsunya maka hidup manusiapun akan teratur, selaras dengan apa yang di kehendaki-Nya.
Dan puasa hawa nafsu yang sesungguhnya yaitu bukan hanya satu bulan tapi sebelas bulan dan seumur hidup atau hingga akhir hayat siapun dia orangnya”
“Take care with a loving eye to stay healthy and always shines
And do not ever complacent until the end untouched by Glaucoma,
The thief of sight in order not to regret for the perceived “.
………………………………………….. …………………. – Greetings of Peace-

Beda?
Ya sudah lah, pastinya akan selalu ada perbedaan, tak akan ada satupun yang sama di dunia dualitas ini.
Lagi pula yang beda itukan luarnya saja!,
Ya intinya kita semua sama-sama Manusia dan sama-sama berasal dari Tuhan lalu akan kembali kepada Tuhan Semesta Alam.
Tidak perlu membanding-bandingkan yang satu dengan yang lain
Dan tidak perlu juga membanding-bangikan diri kita dengan yang lain.
Yang pastinya tiap-tiap diri manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan,
Dan di situlah letak kesempurnaan Manusia dan itu pula lah satu bukti bahwa,
Tuhan yang Maha Tunggal itu adalah Tuhan yang Maha Sempurna diatas segala,
Kesempurnaan yang ada.
Lalu kalo memang sadar demikian adanya, kenapa semua manusia harus sama?

Different?
It’s never mind , of course there will always be differences, there would be no one is equal in this world of duality.
After all the difference it’s just the outside only!
Yes, essentially we are all equally human and equally derived from God and will return to the Lord of Hosts.
No need to compare with each other
And don’t need toocompare ourselves with others.
Which certainly every human being has strengths and weaknesses,
And therein lies the perfection of Man and it also is a proof that,
Almighty God is begotten of God the Most Perfect above all,
Perfection is there.
And if indeed realized is so, why all men should be the same?

Welcome to WordPress.com! This is your very first post. Click the Edit link to modify or delete it, or start a new post. If you like, use this post to tell readers why you started this blog and what you plan to do with it.

Happy blogging!